Minggu, 30 Maret 2014

Ilusi Negara Demokrasi

Ilusi negara demokrasi, sebuah wacana anti mainstream di tengah derasnya arus perjuangan mewujudkan demokrasi yang diidam-idamkan. Terlebih lagi menjelang pemilu seperti saat ini, dimana eksistensi sebuah demokrasi akan dibuktikan secara langsung oleh pengusungnya. Namun, demokrasi yang dielu-elukan itu tidaklah seindah yang didambakan dan sejatinya hanya sebatas angan-angan belaka.
Demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan dianggap mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan politik dan pemerintahan yang dihadapi oleh setiap negara di seluruh dunia. Demokrasi dianggap sebagai jawaban akhir sebuah sistem pemerintahan yang terbaik yang dapat menampung seluruh aspirasi rakyat, mewujudkan kesejahteraan dan mengakomodasi pluralitas atau kemajemukan yang dimiliki sebuah bangsa. Padahal kenyataannya, sudah sekian tahun demokrasi diterapkan tak jua memberi sedikitpun hasil yang didambakan dan justru semakin menampakkan kecacatannya.
Pembahasan mengenai demokrasi bukanlah sebatas bicara musyawarah ataupun voting, bukan pula sekedar bicara masalah kebebasan berpendapat dan berekspresi, melainkan sebuah masalah fundamental sebuah negara, sebuah asas atau pondasi berdirinya sebuah negara yang di dalamnya disusun berbagai aturan dan undang-undang yang menentukan kemaslahatan seluruh rakyat. Dimana seharusnya segala urusan yang berkaitan dengan pengurusan dan pelayanan rakyat sebagai tujuan dan tugas utama sebuah negara harus dijalankan berdasarkan apa yang telah diwahyukan Allah kepada umat manusia melalui nabi-Nya Muhammad SAW.
Maka ketika demokrasi mengabaikan dan mencampakkan apa-apa yang seharusnya dilakukan dan ditinggalkan menurut apa yang telah Allah wahyukan, sudah selayaknya kita merenung dan mempertimbangkan kembali hakikat demokrasi dan sebuah sistem pemerintahan yang seharusnya diterapkan karena hal tersebut merupakan sebuah masalah fundamental dan menentukan nasib seluruh manusia bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.


Berikut alasan untuk segera mencampakkan demokrasi:


1.    Umat Islam tidak sedang sakit sehingga harus diobati dengan demokrasi
Demokrasi merupakan sebuah pemerintahan dengan asas sekulerisme atau pemisahan agama dalam kehidupan (negara) sehingga hal-hal yang berkaitan dengan urusan keduniawian tidak boleh dicampuri dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama begitu pun sebaliknya. Demokrasi lahir pada abad pertengahan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan saat itu, ketika Barat khususnya Eropa berada pada masa kegelapan (the dark age) dimana kehidupan barat ketika itu amat terbelakang, kekuasaan negara dijalankan berdasarkan doktrin agama dan gereja. Setiap hal harus berjalan sesuai dengan doktrin agama dan tidak boleh ada sedikitpun penentangan terhadap apa yang telah diputuskan oleh gereja. Setiap yang diputuskan oleh gereja adalah benar dan harus diikuti oleh semua orang tanpa kecuali. Hal tersebut pun yang juga menjadi penyebab terbelakangnya barat saat itu, para ilmuwan dan cendekiawan tidak bebas untuk mengembangkan ilmu dan pengetahunnya karena dianggap dapat mengancam eksistensi kalangan agamawan saat itu. sebagai contoh, Galileo yang harus dihukum mati karena teori heliosentrisnya bertentangan dengan doktrin gereja yang menyatakan bumi sebagai pusat tata surya (geosentris) dan masih banyak contoh lain penyiksaan yang dilakukan oleh kalangan gerejawan terhadap para ilmuwan maupun cendekiawan yang sejatinya mereka tidak bersalah.
Berbagai penyiksaan yang banyak dialami oleh rakyat ketika itu, memicu lahirnya sebuah pemerintahan baru yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga urusan agama adalah masalah individu saja dan urusan duniawi dilaksanakan berdasarakan akal pemikiran manusia semata. Oleh karena itu, demokrasi merupakan sebuah obat bagi peradaban barat yang sakit saat itu, ketika agama dipisahkan dengan kehiduan dunia maka peradaban mereka akhirnya mampu untuk bangkit dan maju hingga seperti sekarang ini.
Berbeda halnya dengan Islam, di saat yang sama ketika itu, Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyyah merupakan sebuah peradaban yang mulia dan gemilang. Ketika barat berada pada masa the dark age-nya, Islam justru berada masa puncak kejayaanya (the golden age), hingga kemudian tsaqofah asing mulai masuk ke dalam pemikiran kaum muslimin hingga akhirnya kaum muslimin hari ini menjadi umat yang mundur dan terbelakang. Hal ini tidak lain sebagai akibat dari kemunduran taraf berpikir kaum muslim yang memisahkan agama dari kehidupan. Kaum muslim tidaklah sakit ketika menyatukan agama dan kehidupan seperti barat. Maka dari itu, kita tidak seharusnya memisahkan agama dari kehidupan, sudah selayaknya kita mengembalikan kehidupan Islam yang menyatukan agama dengan kehidupan dunia dalam setiap aspeknya sehingga akan memuliakan kembali kehidupan kaum muslim

2.       Demokrasi mencampakkan Allah
Demokrasi berpijak pada prinsip kedaulatan di tangan rakyat yang perwujudannya nampak pada 2 hal:
1.       Penyusunan undang-undang melalui mekanisme wakil rakyat di parlemen
2.       Rakyat memilih pemimpin secara langsung
Prinsip ini dibuat dengan haraan undang-undang yang dibuat selaras dengan kepentingan rakyat. Pemimpin yang dipilih rakyat mau membuat dan menjalankan undang-undang yang membela kepentingan rakyat. Padahal pada faktanya, jika memang rakyatyang berdaulat kenapa harga BBM, Epiji, Listrik, dan air tetap dinaikkan sementara rakyat menolaknya.
Allah berfirman.
“... menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik".
(al an’am : 57)

“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”
(al maidah : 49-50)

3.       Demokrasi merupakan alat penjajahan negara-negara kapitalis untuk menguasai kekayaan negeri-negeri muslim termasuk Indonesia. Seperti yang pernah diungkap oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, “liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas. Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk”. (kompas, 14 Mei 2003)
Pengkritik demokrasi Gatano Mosca, Clfrede Pareto dan Robert Michels mengatakan: “Demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya, yang berkuasa adalah sekelompok kecil atas sekelompok besar yang lain. Seperti di Indonesia, mayoritas kaum muslim Indonesia berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Indonesia lebih didominasi oleh kelompok minoritas, terutama dalamha kekuasaan (power) dan kepemilikan modal (kapitalis).

4.       Ilusi Demokrasi
“VoX Populi, VoX Dei” (Suara Rakyat Suara Tuhan)
Suara rakyat adalah suara Tuhan berangkat dari asumsi bahwa kesepakatan mayoritas (wakil) rakyat dalam demokrasi past mencerminkan kebaikan dan akan menghasilkan penyelesaiaan yang memuaskan bagi seluruh rakyat. Sementara logikanya, jika kebanyakan orang setuju, pastilah persetujuan itu akan berkaitan dengan hal-hal yang dipandang baik oleh kebanyakan orang itu, bila Tuhan diyakini sebgaia suatu kebaikan maka kesepakatan kebanyakan orang dianggap selaras dengan kehendak Tuhan. Dari sinilah disimpulkan suara rakyat adalah suara Tuhan. Padahal sesuatu apa yang disepakati rakyat belum tentu benar dan sesuai denga kehendak Tuhan.
Tuhan manakah yang melegalkan riba dan minuman keras?
Tuhan manakah yang melegalkan pratik prostitusi?
Tuhan manakah yang melegalkan kebebasann bertingkah laku yang menghasilkan budaya seks bebas, homo seksual dan lesbian?
Tuhan manakah yang melegalkan kekayaan yang Allah anugerahkan untuk kaum muslim dikuasai oleh para kapitalis?
Tuhan manakah yang melegalkan penguasa negeri ini untuk memalak rakyat atas nama jaminan kesehatan?
Tuhan manakah yang melegalkan kenaikan harga BBM, Elpiji, dan Listrik?

Maka...  suara rakyat adalah suara Tuhan adalah ilusi.. demokrasi menjamin kesejahteraan rakyat juga hanyalah ilusi.. dan berharap perbaikan dengan sebuah sistem yang ilusif sama ilusinya...
Mari kita simak filsuf Yunani Aristoteles, “Demokrasi adalah buah pikir manusia purba”
Winston Churchill, “ Demokrasi merupakan alternatif terburuk dari pemerintahan manusia”

                Lantas Sistem pemerintahan apa yang layak untuk diterapkan?
Sistem Khilafah Islamiyyah satu-satunya yang layak diterapkan karena berasal dari Allah, Tuhan semsta alam. Sistem Khilafah satu-satunya yang akan menerapakan aturan dan undang-undang yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah bukan berdasar kesepakatan sekelompok orang.
Jika anda berpikir bahwa negara kita bukan negara islam, memang benar, tapi ingatlah, bahwa kita diciptakan oleh Allah, kita milik Allah, bumi ini milik Allah, dan Indonesia milik Allah. Maka tugas kita untuk mengubah negara ini menjadi negara Islam. Jadi, kenapa kita masih berpaling dari aturab Allah SWT?
#campakkan demokrasi #tegakkan syariah dan khilafah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar