Ilusi negara demokrasi, sebuah wacana anti mainstream di tengah derasnya arus perjuangan mewujudkan demokrasi
yang diidam-idamkan. Terlebih lagi menjelang pemilu seperti saat ini, dimana
eksistensi sebuah demokrasi akan dibuktikan secara langsung oleh pengusungnya. Namun,
demokrasi yang dielu-elukan itu tidaklah seindah yang didambakan dan sejatinya
hanya sebatas angan-angan belaka.
Demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan dianggap mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan politik dan pemerintahan yang dihadapi oleh
setiap negara di seluruh dunia. Demokrasi dianggap sebagai jawaban akhir sebuah
sistem pemerintahan yang terbaik yang dapat menampung seluruh aspirasi rakyat,
mewujudkan kesejahteraan dan mengakomodasi pluralitas atau kemajemukan yang
dimiliki sebuah bangsa. Padahal kenyataannya, sudah sekian tahun demokrasi
diterapkan tak jua memberi sedikitpun hasil yang didambakan dan justru semakin
menampakkan kecacatannya.
Pembahasan mengenai demokrasi bukanlah sebatas bicara musyawarah ataupun voting, bukan pula sekedar bicara
masalah kebebasan berpendapat dan berekspresi, melainkan sebuah masalah
fundamental sebuah negara, sebuah asas atau pondasi berdirinya sebuah negara
yang di dalamnya disusun berbagai aturan dan undang-undang yang menentukan
kemaslahatan seluruh rakyat. Dimana seharusnya segala urusan yang berkaitan
dengan pengurusan dan pelayanan rakyat sebagai tujuan dan tugas utama sebuah
negara harus dijalankan berdasarkan apa yang telah diwahyukan Allah kepada umat
manusia melalui nabi-Nya Muhammad SAW.
Maka ketika demokrasi mengabaikan dan mencampakkan apa-apa yang
seharusnya dilakukan dan ditinggalkan menurut apa yang telah Allah wahyukan,
sudah selayaknya kita merenung dan mempertimbangkan kembali hakikat demokrasi
dan sebuah sistem pemerintahan yang seharusnya diterapkan karena hal tersebut
merupakan sebuah masalah fundamental dan menentukan nasib seluruh manusia bukan
hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Berikut alasan untuk segera mencampakkan demokrasi:
1.
Umat Islam tidak sedang sakit sehingga harus
diobati dengan demokrasi
Demokrasi merupakan sebuah pemerintahan dengan asas
sekulerisme atau pemisahan agama dalam kehidupan (negara) sehingga hal-hal yang
berkaitan dengan urusan keduniawian tidak boleh dicampuri dengan hal-hal yang
berkaitan dengan agama begitu pun sebaliknya. Demokrasi lahir pada abad
pertengahan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan saat itu, ketika
Barat khususnya Eropa berada pada masa kegelapan (the dark age) dimana
kehidupan barat ketika itu amat terbelakang, kekuasaan negara dijalankan
berdasarkan doktrin agama dan gereja. Setiap hal harus berjalan sesuai dengan
doktrin agama dan tidak boleh ada sedikitpun penentangan terhadap apa yang
telah diputuskan oleh gereja. Setiap yang diputuskan oleh gereja adalah benar
dan harus diikuti oleh semua orang tanpa kecuali. Hal tersebut pun yang juga
menjadi penyebab terbelakangnya barat saat itu, para ilmuwan dan cendekiawan
tidak bebas untuk mengembangkan ilmu dan pengetahunnya karena dianggap dapat
mengancam eksistensi kalangan agamawan saat itu. sebagai contoh, Galileo yang
harus dihukum mati karena teori heliosentrisnya bertentangan dengan doktrin
gereja yang menyatakan bumi sebagai pusat tata surya (geosentris) dan masih
banyak contoh lain penyiksaan yang dilakukan oleh kalangan gerejawan terhadap
para ilmuwan maupun cendekiawan yang sejatinya mereka tidak bersalah.
Berbagai penyiksaan yang banyak dialami oleh rakyat ketika
itu, memicu lahirnya sebuah pemerintahan baru yang memisahkan agama dari
kehidupan sehingga urusan agama adalah masalah individu saja dan urusan duniawi
dilaksanakan berdasarakan akal pemikiran manusia semata. Oleh karena itu,
demokrasi merupakan sebuah obat bagi peradaban barat yang sakit saat itu,
ketika agama dipisahkan dengan kehiduan dunia maka peradaban mereka akhirnya
mampu untuk bangkit dan maju hingga seperti sekarang ini.
Berbeda halnya dengan Islam, di saat yang sama ketika itu, Islam
di bawah naungan Khilafah Islamiyyah merupakan sebuah peradaban yang mulia dan
gemilang. Ketika barat berada pada masa the
dark age-nya, Islam justru berada masa puncak kejayaanya (the golden age), hingga kemudian
tsaqofah asing mulai masuk ke dalam pemikiran kaum muslimin hingga akhirnya
kaum muslimin hari ini menjadi umat yang mundur dan terbelakang. Hal ini tidak
lain sebagai akibat dari kemunduran taraf berpikir kaum muslim yang memisahkan
agama dari kehidupan. Kaum muslim tidaklah sakit ketika menyatukan agama dan
kehidupan seperti barat. Maka dari itu, kita tidak seharusnya memisahkan agama
dari kehidupan, sudah selayaknya kita mengembalikan kehidupan Islam yang
menyatukan agama dengan kehidupan dunia dalam setiap aspeknya sehingga akan memuliakan
kembali kehidupan kaum muslim
2. Demokrasi mencampakkan Allah
Demokrasi berpijak pada prinsip
kedaulatan di tangan rakyat yang perwujudannya nampak pada 2 hal:
1.
Penyusunan undang-undang melalui mekanisme wakil
rakyat di parlemen
2.
Rakyat memilih pemimpin secara langsung
Prinsip ini dibuat dengan haraan undang-undang yang dibuat selaras dengan
kepentingan rakyat. Pemimpin yang dipilih rakyat mau membuat dan menjalankan
undang-undang yang membela kepentingan rakyat. Padahal pada faktanya, jika
memang rakyatyang berdaulat kenapa harga BBM, Epiji, Listrik, dan air tetap
dinaikkan sementara rakyat menolaknya.
Allah berfirman.
“... menetapkan hukum itu hanyalah
hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang
paling baik".
(al an’am : 57)
“dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka
ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin ?”
(al maidah : 49-50)
3.
Demokrasi merupakan alat penjajahan
negara-negara kapitalis untuk menguasai kekayaan negeri-negeri muslim termasuk
Indonesia. Seperti yang pernah diungkap oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, “liberalisasi sektor hilir migas membuka
kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas.
Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi
pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing
enggan masuk”. (kompas, 14 Mei 2003)
Pengkritik demokrasi Gatano Mosca,
Clfrede Pareto dan Robert Michels mengatakan: “Demokrasi sebagai topeng
ideologis yang melindungi tirani minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya,
yang berkuasa adalah sekelompok kecil atas sekelompok besar yang lain. Seperti
di Indonesia, mayoritas kaum muslim Indonesia berada pada posisi yang kurang
menguntungkan. Indonesia lebih didominasi oleh kelompok minoritas, terutama
dalamha kekuasaan (power) dan kepemilikan modal (kapitalis).
4.
Ilusi Demokrasi
“VoX Populi, VoX Dei” (Suara Rakyat Suara Tuhan)
Suara rakyat adalah suara Tuhan
berangkat dari asumsi bahwa kesepakatan mayoritas (wakil) rakyat dalam
demokrasi past mencerminkan kebaikan dan akan menghasilkan penyelesaiaan yang
memuaskan bagi seluruh rakyat. Sementara logikanya, jika kebanyakan orang
setuju, pastilah persetujuan itu akan berkaitan dengan hal-hal yang dipandang
baik oleh kebanyakan orang itu, bila Tuhan diyakini sebgaia suatu kebaikan maka
kesepakatan kebanyakan orang dianggap selaras dengan kehendak Tuhan. Dari
sinilah disimpulkan suara rakyat adalah suara Tuhan. Padahal sesuatu apa yang
disepakati rakyat belum tentu benar dan sesuai denga kehendak Tuhan.
Tuhan manakah yang melegalkan riba
dan minuman keras?
Tuhan manakah yang melegalkan pratik
prostitusi?
Tuhan manakah yang melegalkan kebebasann
bertingkah laku yang menghasilkan budaya seks bebas, homo seksual dan lesbian?
Tuhan manakah yang melegalkan
kekayaan yang Allah anugerahkan untuk kaum muslim dikuasai oleh para kapitalis?
Tuhan manakah yang melegalkan
penguasa negeri ini untuk memalak rakyat atas nama jaminan kesehatan?
Tuhan manakah yang melegalkan kenaikan
harga BBM, Elpiji, dan Listrik?
Maka... suara rakyat adalah suara Tuhan adalah ilusi..
demokrasi menjamin kesejahteraan rakyat juga hanyalah ilusi.. dan berharap
perbaikan dengan sebuah sistem yang ilusif sama ilusinya...
Mari kita simak
filsuf Yunani Aristoteles, “Demokrasi adalah buah pikir manusia purba”
Winston
Churchill, “ Demokrasi merupakan alternatif terburuk dari pemerintahan manusia”
Lantas Sistem pemerintahan apa yang
layak untuk diterapkan?
Sistem Khilafah
Islamiyyah satu-satunya yang layak diterapkan karena berasal dari Allah, Tuhan
semsta alam. Sistem Khilafah satu-satunya yang akan menerapakan aturan dan
undang-undang yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah bukan berdasar
kesepakatan sekelompok orang.
Jika anda
berpikir bahwa negara kita bukan negara islam, memang benar, tapi ingatlah,
bahwa kita diciptakan oleh Allah, kita milik Allah, bumi ini milik Allah, dan
Indonesia milik Allah. Maka tugas kita untuk mengubah negara ini menjadi negara
Islam. Jadi, kenapa kita masih berpaling dari aturab Allah SWT?
#campakkan
demokrasi #tegakkan syariah dan khilafah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar